Aku adalah seorang mahasiswi kedokteran FK UNS tahun pertama. Baru setengah tahun aku menjalani kehidupan sebagai Medical Student. Tapi dengan pengalamanku yang baru sedikit ini, aku ingin berbagi cerita kepada kalian. Iya, kalian yang mungkin ingin masuk kedokteran atau mungkin hanya sekedar ingin tahu tentang kehidupan mahasiswa/I kedokteran.
Dulu aku tak memiliki keinginan
untuk masuk kedokteran, ortuku pun tak pernah memintaku untuk masuk kesini.
Waktu kelas XI yang aku pikirkan ketika ingin kuliah dimana adalah yang penting
keterima snmptn dimana deh. Asal keterima aja.
Tapi kemudian aku mikir, kuliah
bukan masalah main-main. Kuliah itu menentukan nasibku untuk jangka yag
panjang. Saat itulah aku mulai benar-benar berpikir tentang kuliah. Pertama,
nilaiku yang bagus adalah biologi dan kebetulan aku menyukainya. Walaupun itu
baru terjadi ketika SMA. Ketika SMP kelas 1, aku sangat benci biologi dan kimia
karena nilaiku jeblok. Namun entah kenapa, semua itu pelan-pelan berubah. Aku
malah menyukai kedua bidang itu. Dari situlah aku mencari jurusan apa yang
identik dengan biologi dan kimia. Sekaligus tidak berhubungan dengan matematika
dan fisika. Mengingat nilai matematika kelas 3 ku semakin menurun dan membuatku
badmood :”. Jurusan-jurusan yang aku temukan selalu berkaitan dengan kesehatan
dan kehutanan. Saat itu aku sudah sempat kepikiran untuk masuk kedokteran tapi
melihat panjangnya tahap untuk menjadi dokter, aku mundur apalagi masalah
biaya, hiiii aku udah keder duluan.
Kemudian aku tanya-tanya dengan temanku,
beberapa dari mereka mengusulkan masuk kedokteran, yang lain mengusulkan
jurusan-jurusan lain. Tapi aku masih ragu. Lalu aku bertanya kepada orangtuaku.
Mamaku setuju asal aku senang dan mampu tapi tidak dengan papaku, beliau
menentang. Mungkin masalah biaya karena yaa aku hanya orang dari keluarga yang
sederhana. Lagipula, pikir papaku, kuliah itu tak begitu penting toh buktinya banyak sarjana menganggur.
Melihat itu aku mundur lagi. Yaaa malah maju mundur cantik wkwkwk.
Tak lama setelah itu ada sosialisasi
bidikmisi di sekolahku. Aku mulai mengetahui apa itu bidikmisi. Yang mau tahu
silahkan cek www.bidikmisi.dikti.go.id.
Aku mulai merasa ada kesempatan. Kesempatan untuk kuliah gratis dan meringankan
beban orangtuaku. Namun tetap ada
keraguan didiriku. Keraguan apakah aku mampu? Mengingat sekolahku bukan sekolah
nomor satu yang banyak memasukkan alumni-alumni nya ke kedokteran. Hanya
segelintir dari alumni yang mampu lolos. Walaupun aku mendapat dukungan dari
banyak guru dan teman-teman aku tetap saja takut.
Akhirnya aku memasukkan
Kedokteran FK UNS sebagai satu-satunya pilihanku di SNMPTN. Kenapa? Karena misal
keterima di jurusan ke 2 atau 3 pun aku tetap akan mencoba SBMPTN dijurusan
yang sama.( Perlu diketahui kalau waktu pemberkasan SNMPTN dan ujian SBMPTN
saat itu bersamaan). Jadi buat apa aku memasukkan pilihan lain kalau akhirnya
akan aku lepas, aku bisa saja mengambil hak orang lain yang benar-benar ingin
diterima dijurusan itu tapi aku tidak mau. Kebanyakan mendukung niatku yang
lain menganggapku aneh, kepedean. Justru karena aku tahu kemungkinan aku
diterima dipilihan pertama itu kecil makanya aku melakukan ini. Dannnn ya aku
tidak diterima melalui jaur SNMPTN. Sedih? Memang. Tapi aku tidak putus asa.
Aku belajar cukup giat untuk
SBMPTN. Mendekati hari pengumuman, aku sudah pasrah. Mau diterima atau tidak
itu terserah Tuhan yang penting aku sudah berusaha yang terbaik. Disaat aku
sudah hampir pesimis dan merelakan mimpiku masuk kedokteran, Tuhan berkata
lain. Aku DITERIMA. Seperti yang sempat aku ceritakan dipost ku sebelumnya, aku
sangat bahagia. Tuhan memberiku mukjizat yang luar biasa ditambah aku lolos
sebagai penerima bidikmisi. Ini bukan berkat kemampuanku tapi berkat doa
teman-teman, guru-guru dan orang-orang terdekatku terutama doa Mamaku yang tak
pernah putus-putus memohon kepadaNya untuk memberiku yang terbaik. Bisa kau
bayangkan rasanya? Bahkan papaku yang awalnya menentang balik mendukungku. Saat
proses pemberkasan, papaku lah yang selalu menemaniku kemanapun mulai dari
meminta surat keterangan kelurahan, ttd ketua RT dan tetangga, samapi fotokopi
ini itu. Kedua malaikat terbaikku itu selalu ada bersamaku.
Terimakasih Mama, Papa. Aku bisa
sampai disini juga berkat kalian.
Lalu dimulailah masa kuliahku
setelah melalui masa OSPEK yang cukup panjang dan melelahkan tapi seru dan
mendidik. Menjalani masa-masa kuliah perdana, aku cukup kesulitan dengan materi
yang banyak dan pola belajar yang cepat. Apalagi saat SMA aku bisa dibilang
cukup santai dibanding teman-teman kuliahku yang lain. Teman-temanku berasal
dari sekolah-sekolah terbaik di seluruh Indonesia. Bahkan banyak diantaranya
yang mengikuti program akselerasi, RSBI maupun olimpiade. Sekolahku memang
termasuk favorit tapi bukan yang terbaik. Jadi aku harus ekstra beradaptasi
dengan kehidupan baruku ini, dengan pola belajar yang baru. Awalnya, aku sering
remidi, nilaiku kacau, semangat belajarku turun apalagi dulu aku masuk
dijajaran murid dengan nilai memuaskan. Rasanya seperti setelah berada di
bagian roda tertinggi kemudian jatuh tiba-tiba kebawah. Yap benar, dunia memang
terus berputar. Aku sempat sedih bahkan
hampir menyerah, aku takut mengecewakan orang-orang yang mendukungku hingga
saat ini. Dan Tuhan lagi-lagi menguatkanku, aku ke Gua Maria untuk berdoa. Aku
menceritakan semua keluh kesahku kepada Tuhan dan aku merasa lega. Aku mulai
bangkit lagi dan memulai memperbaiki segalanya. Pelan namun pasti semangatku
tumbuh lagi. Terlebih aku selalu punya orang-orang baik yang mau mendengarkanku
dan menghiburku. Baik teman lama maupun teman kuliah.
Sekarang aku juga mulai menemukan
pola belajar yang tepat bagiku, nilaiku membaik. Bahkan IPK ku diluar target,
meskipun belum cumlaude. Tapi aku akan tetap berusaha.
Kalau tadi aku sudah cerita soal
duka, tidak baik kalau aku tidak menceritakan soal suka. Karena banyak sekali
suka di FK. Aku bisa mengenal banyak orang dari latar belakang, suku, agama
berbeda. Mungkin karena peringkat UNS mulai bisa diperhitungkan dikancah
nasional jadi teman-teman dari seluruh Indonesia berminat masuk UNS meski harus
jauh dari rumah. Lingkungan UNS juga ideal untuk belajar dengan konsep Green
Campus yang sedang digalakkan menjadikan UNS cukup sejuk ditengah Kota Solo
yang mulai panas akhir-akhir ini. Di FK UNS juga merupakan kawasan bebas asap
rokok yang menjadikan warga FK UNS dapat bernapas dengan nyaman. Untuk
fasilitas dan pembelajaran, FK UNS tidak kalah dengan FK lain di Indonesia. Dengan
mengusung Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Sistem Blok membuat kuliah itu
tidak membosankan dan menunjang mahasiswa/I nya menjadi lebih kompeten. Ada
fieldlab yang bisa jadi ajang jalan-jalan, ada skillslab dimana mahasiswa/I
mengasah kemampuannya sebagai dokter dalam menangani pasien, ada juga diskusi
tutorial dimana kita bisa belajar dan memperdalam pengetahuan kita dibidang
kedokteran secara lebih nyata karena kita langsung studi kasus, dll. Untuk info
lebih lanjut cek fk.uns.ac.id.
Suka yang lain diluar perkuliahan
adalah…… mahasiswa/I nya kece-kece haha. Sebagai perempuan tentu aku suka
melihat laki-laki yang tampan. Dan disini banyak yang ganteng, keren, pinter
lagi. Jadi masuk kedokteran juga memperluas mendapat jodoh yang kece dan
sukses, baik sesama dokter atau orang-orang sukses dibidang lain. Pengalaman
yang sudah-sudah sih begitu.
Tak bisa dipungkiri mahasiswa/I
kedokteran sampai saat ini juga masih masuk dalam kategori calon mantu idaman. Jadi
ya setidaknya kalau dikenalkan dengan orangtua pacar mampu membuat mata mereka
berbinar ketika mereka mendengar kita bilang “Sekarang saya kuliah di
kedokteran tante, om” lah.
Selain itu, menjadi mahasiswa/I
kedokteran membuatku semakin menghargai raga yang sudah Tuhan beri ini. Aku
jadi mengetahui bahwa tubuh kita sudah dirancang sedemikian sempurna oleh
Tuhan. Banyak sistem-sistem yang sangat rumit ditubuh kita. So, sayangilah
tubuh Anda dan Anda sudah menghargai karya besar Tuhan. Kalau dulu motivasiku
masuk kedokteran tidak jelas. Semakin kesini aku makin menemukan tujuanku. Aku
ingin membuat orang bahagia, aku ingin bisa bermanfaat dengan ilmu dan
kemampuan yang aku miliki. Menjadi dokter itu bukan pekerjaan main-main. Ini
berkaitan dengan nyawa. Salah sedikit nyawa pasien bisa melayang ditangan
dokter. Aku ingin bisa melihat pasienku kelak yang mungkin datang dengan ekspresi
kesusahan, kesakitan berubah menjadi senyum cerah ketika dia hendak pulang
dengan penyakitnya yang dapat aku tangani dan mengatakan “terimakasih, dok”
mungkin simple tapi membayangkannya saja aku sudah bahagia. Sedikit-sedikit aku
sudah mulai merasakannya saat baksos, kami para maru bisa kontak langsung
dengan pasien walau hanya mengukur tensi, nadi, membungkus obat dan
memberikannya kepada pasien serta melihat dokter-dokter dan kakak tingkat
melakukan pengobatan gratis. Kadang kami mendapat ucapan terimakasih yang tulus
dari pasien, ya walaupun belum dipanggil ‘dok’ pastinya. Begitu pula saat
fieldlab di posyandu kami bertemu dengan ibu hamil, ibu-ibu muda dan anak-anak
mereka, kami mengukur tinggi/panjang badan, berat badan, apakah mereka cukup
gizi atau tidak, memberi edukasi kepada orangtua dan ibu hamil. Kontak dengan
masyarakat sebagai tenaga kesehatan itu memang beda rasanya dibanding kuliah.
Lelah tapi menyenangkan. Disana kami benar-benar mempraktekkan ilmu kami secara
langsung bukan kepada manekin tapi manusia yang sifatnya berbeda-beda dan sulit
ditebak.
Kepada kalian teman-teman yang
sedang menjalani kuliah dikedokteran atau ingin kuliah dikedokteran, aku
berpesan tolong lurusin dulu niatnya. Karena yang niatnya tidak benar,
kemungkinan besar tidak akan bertahan lama. Menjadi dokter itu bukan pekerjaan
main-main. Ini berkaitan dengan nyawa. Salah sedikit nyawa pasien bisa melayang
ditangan dokter. Masuk kedokteran bukan tentang gaji dokter yang besar karena
kalau bicara uang, gaji dokter juga tidak serta-merta setimpal dengan uang yang
dikeluarkan semasa kuliah hingga menjadi dokter juga dengan usaha dan keringat
yang dikeluarkan dokter untuk menangani pasiennya. Bukan juga tentang gengsi,
memang status social kalian akan naik tapi tanggungjawab yang kalian emban juga
akan bertambah. Perlu diingat juga dokter bukan penyembuh, kesembuhan tetap
berada ditangan Tuhan, dokter hanya perantara. So, jangan congkak.
Pesanku juga adalah jangan mudah
menyerah, kalian mungkin akan sering menghadapi kegagalan tapi ingatlah niat
kalian, kenapa kalian memulai, kenapa kalian bertahan. Kalian mungkin akan
dihadapkan dengan orang-orang yang meragukan kalian. Jangan takut, Tuhan
bersama kalian. Raihlah mimpi kalian jangan biarkan ada yang menghalangi.
Jangan pernah berhenti sampai Tuhan berkata “Waktunya pulang” . Pesanku yang
ini lebih universal ya, tak hanya untuk mahasiswa/I kedokteran atau murid kelas
12 yang ingin masuk kedokteran. Tapi kalian semua yang membaca ini.
Semangat..!!!!!! ingatlah Tuhan
sudah memiliki rancangan terbaik yang perlu kalian lakukan adalah berusaha,
berdoa dan berserah kepadaNya.
Terimakasih sudah meluangkan
waktu kalian untuk membaca post ku ini yang mungkin kebanyakan adalah
curhatanku. Aku berharap apa yang aku tulis ini dapat bermanfaat. Maaf jika
tulisanku kurang berkenan. Bagi yang ingin bertanya lebih lanjut tentang kuliah
di FK UNS atau soal bidikmisi bisa
langsung comment dibawah. Selain itu aku juga menerima kritik :).
Sekali lagi terimakasih.
Berkah Dalem